Tuesday, September 28, 2010

Papa's note on Tio's birth

Di ruang operasi…
Perasaan tegang banget sewaktu masuk ke ruang operasi. Christine sudah dibawa masuk terlebih dahulu ke operating theatre no. 8, sedangkan aku disuruh bersiap siap, mengenakan baju hijau, topi dan masker mulut, dan disuruh duduk di ruang tunggu. Dan ketika suster mengajak masuk ke operating theatre, rasanya sudah engga karuan. Aku melihat Christine, dibius total – padahal dokter bilang sewaktu konsultasi kalau pakai bius lokal – dikelilingi dokter ob-gyn, pediatrician, anesthetician, dan beberap nurse. Aku disuruh duduk di kursi disebelah Christine, cuman engga bisa apa apa soalnya si anesthetician bilang: Don’t touch anything. Don’t move your hand. Don’t move your leg (galak banget ga sih? – sebel).

Engga terlalu lama, dokter ob-gyn berhasil mengeluarkan bayinya. Baru tahu saat itu kalau bayinya kalung usus. Jadi ada perasaan bersyukur juga, soalnya ada yang bilang melahirkan normal untuk bayi yang kalung usus mempunyai resiko yang besar terhadap bayinya...

Begitu bayinya keluar (pukul 12:01) dan dipotong tali pusat-nya, terus oleh pediatrician bayi tersebut dibawa ke meja observasi, dibersihkan hidung dan tenggorokannya, test APGAR dan lain sebagainya. Pertama kali melihat bayi tersebut, badannya berwarna merah kebiru-biruan hampir abu abu. Sekilas timbul pertanyaan, normalkah baby ini? apakah ada yang salah? Kenapa koq warna badannya seperti itu? Tapi setelah semua cairan dibersihkan dari hidung dan tenggorokan, dan baby mulai menangis kencang, maka secara perlahan warna badannya berubah menjadi merah. Kemudian bayi diselimutin dan aku disuruh menggendong bayi tersebut untuk dibawa ke nursery – untuk dicheck lebih lanjut – rasanya seperti mimpi. Semua kekuatiran, ketakutan, was was, hilang, dan berubah menjadi rasa syukur karena baby lahir dengan selamat dan sempurna, bangga (I’m a father now!) dan bahagia ketika suster memberi selamat… He is surely the most precious gift that the Lord gave to us.

No comments: